
[Sumber gambar: https://tirtabuanamedia.co.id/]
[Penulis: Fauzi Abdilah]
Judul: Notasi
Pengarang: Morra Quatro
Penerbit: gagasmedia
Tahun Terbit: 2022
Novel Notasi berlatar belakang tahun 1998 era reformasi, menceritakan kisah cinta Nalia mahasiswi Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan Nino mahasiswa Fakultas Teknik. Awalnya, mereka berdua bermusuhan dan terbagi menjadi dua kubu yaitu kubu mahasiswa kedokteran dan mahasiswa teknik elektro.
Nino bersama teman-teman BEM fakultasnya sering bertentangan dengan mahasiswa dari fakultas kedokteran, mereka beranggapan bahwa fakultas kedokteran sebagai kampus yang mahal, maka fakultas kedoktera sering di anak emaskan. Tidak hanya itu, acara BEM fakultas di hari yang sama dan pemilihina BEM tingkat institut membuat hubungan antara fakultas kedokteran dan fakultas teknik semakin memanas. Tetapi, di saat bersama kerusuhan melanda seluruh negeri, tidak terkecuali di Yogyakarta.
Perebutan suara pemilihan ketua BEM Universitas membuat Nino dan Nalia menjadi dekat. Mereka berdua ingin membuktikan fakultas siapa yang paling unggul di antara kedua falkultas yang mereka banggakan. Tetapi, disaat Nino dan Nalia berseteru terjadi penambakan di event karya tulis di fakultas kedokteran.
Pada event tersebut, terdapat salah satu karya mahasiswa yang mengkritik pemerintahan zaman orde baru yang menindas keadilan. Indonesia saat itu mengalami krisis ekonomi. Nilai tukar dollar terhadap rupiah melambung tinggi, mengakibatkan harga kebutuhan pokok ikut melonjak tinggi. Ditambah, pada pada masa itu kebebasan berbicara dilarang.
Penembakan tersebut menjadi bukti bahwa kebebasan berbicara dilarang. Situasi kampus menjadi mencekam, kedua kubu yang awalnya berseteru, sekarang mereka bersatu untuk mengamankan mahasiswa agar tidak menjadi korban dari pemerintah yang otoriter.
Reformasi pecah, mahasiswa yang sudah muak akhirnya turun ke jalan melakukan demo besar-besaran, tujuannya menuntut keadilan pada rezim Soeharto. Nino dan Nalia tak lupa ambil bagian, mereka turut ikut serta menuntut keadilan. Demo bukan satu-satunya alat, mereka juga memanfaatkan radio Jawara FM milik fakultas teknik elektro untuk menyuarakan perlawanan kepada rezim Soeharto.
Perlawanan terus dilakukan pada di masa reformasi 1998. Nino dan Nalia selalu ikut serta dalam perlawanan tersebut, hingga akhirnya di tengah bisingnya kericuhan Nino dan Nalia saling jatuh cinta. Namun, ketika Nino melakukan aksi bersama dengan teman-temannya, ia menghilang dan meninggalkan Nalia, serta tidak pernah kembali lagi. Nino, memiliki rahasia yang belum diberi tahu kepada Nalia. Nino beberapa kali sempat mengirim surat kepada Nalia dan berjanji bahwa ia akan menemui Nalia.
Tetapi, selama apapun Nalia menunggu Nino. Nino tak pernah kembali, ia hilang bak ditelan bumi. Novel ini bergenre romansa dengan latar belakang peristiwa reformasi tahun 1998. Novel ini memberikan cerita romantis yang cukup pas, tidak berlebihan, sehingga kita juga dapat melihat kilas balik peristiwa yang cukup bersejarah di Indonesia.
Penulisan dengan latar belakang sejarah, tentunya tidak hanya sekedar menggunakan imajinasi, tetapi melakukan riset yang mendalam. Hal tersebut terbukti di novel ini, radio Jawara benar-benar ada di fakultas elektro Universitas Gajah Mada (UGM). Selain itu, mba Morra juga menceritakan kejadian cukup detail, seperti orang keturunan tiongkok yang didiskriminasi, mahasiswa menjadi korban penembakan gas air mata dan penembak misterius, media dibungka, toko tutup lebih awal karena dilempari batu.
Dengan membaca novel ini, pembaca tidak hanya dapat menikmati suguhan romansa dari Nino dan Nalia, tetapi juga menjadi pengingat bahwa Indonesia pernah mengalami kejadian seperti itu.
Penulis: Fauzi Abdilah, saya seorang mahasiswa semester enam program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra di IKIP Siliwangi. Perjalanan enam semester yang cukup panjang bagi saya, selama enam semester tersebut saya mempelajari banyak hal baik dari akademik atau hal yang lainnya.
Tinggalkan Balasan