
[Sumber gambar: AI]
Penulis: Siti Nur Hayati
Tokoh Utama
Selalu ingin kututup cerita ini
Mungkin sampai buku terbalik pun tak cukup mengisahkan dirimu
Pena dan Kuas menjadi simbol yang sangat pas
Aku dengan segala cerita dan kamu dengan visualnya
Kita adalah kesatuan yang sempurna
Jadi tolong pergilah!, aku tak ingin menjadi ujian bagimu
Takut
Nyatanya rindu bukanlah keputusan
Aku sulit menginsyafi dengan berdalih kita hanya teman
Pijar matamu bukanlah kebohongan dan bahkan tidak disengaja
Hingga kau semakin jatuh pada diriku
Aku bisa menjadi rumahmu
Namun kau hanya memilih jendela
Kau diam, mengamati dan berharap aku membukanya
Lantas mengapa aku menunggu?, sedang aku yang menutup jendela itu
Aku tak bermaksud mengusir, Hanya saja aku takut
Jalan
aku kembali pada jiwaku yang seutuhnya
tampaknya mungkin begitu, aku harap
apakah kita dapat menempuh jalan yang sama?
ketika saling bertolak belakang
tak pernah ku menoleh kembali ke arah mu
sedang kau diam ditempat dengan berteriak “Aku Tetap Mencintaimu”
aku goyah, perlahan berlari menjauh
aku kosong, ketika suara itu menghilang
Rapuh
kita rapuh pada waktu yang berbeda
kau tak bisa melukis, sebab warnamu telah hilang
aku tak bisa menulis, sebab kertas telah ku robek
kita hampa dan kau terus bersuara “aku harus bagaimana?”
aku membisu dan lupa ingatan.
Rindu
Kau terus berkata “rindu” dengan khayal kita bicara
Super Ego ku sangat kuat dan idealis menjadi samar
Apakah itu benar? Mengapa sulit ku insyafi?
Aku rindu kaku mu, aku rindu diri mu dan aku rindu jalan biola itu
tak bisa ku menoleh, ego ku tidak cukup besar
Bahkan membalasmu saja membuat lelah
Sebab bergelut dengan arus yang kuat, tapi aku kalah
Aku hanyut, berharap kembali dan tumbuh disatu ruang yang sama
Seni dan Sastra
Teringat, ketika kita bicara masa depan
Tak sengaja banyak persamaan
Kita akan pergi kesana!, tempat bersejarah ditengah urban
Hendaknya arus itu membawa ku sampai sini
hingga kau tak susah mencari
Ruang Sejarah seni, seni dan sastra
Aku mananti, kau membawa anyam anyaman nyaman
Siluet Baru
Tampaknya kau telah menemukan warna kembali
Dengan catatan hati bewarna putih yang jelas bukan untuk ku
Aku senang kau menemukan medium baru
Tentunya lebih kuat dari kertas milik ku
Siluet itu membuat ku tersadar
Bukan aku yang kau cari
Tapi warna untuk mengisi lukisan mu
Tentunya mudah untuk kau dapatkan, tapi tidak dariku
Terkadang aku ragu apakah lebih baik diberikan?
Namun, keputusan ku tepat.
Terima kasih, dan maaf
Aku tutup buku ini dan terbangkan merpati tak bersurat.
Tinggalkan Balasan