
[Sumber gambar: AI]
Penulis: Reka Yuda Mahardika
MASIH KUSIMPAN SUARAMU
I
masih kusimpan suaramu
masihkah kau simpan suaraku?
dalam petakpetak kamar yang dingin kering
sering kunyalakan keraskeras suaramu
hingga rembulan tertancap dalam puncak pinuspinus runcing
atau kudengar berjamjam suaramu di telepon koin yang terpenjara
tidak ada wujudmu memang saat itu
tetapi suaramu
mampu mengelus lembut telinga luarku dengan punggung jemarimu
betapa dengan suaramu sontak gelora asmara memuncak
mendidihkan panjipanji gairah tak terkira
meruntuhkan bebukit es menjadi lelehan-lelehan air swarga lezat tak terkira
bolehkah kucecap
meski hingga kiamat?
II
“jangan kau putar suaraku keraskeras, kasihan tetanggamu yang hampir tewas,” suaramu
ah, persetan dengan tetangga yang terganggu
yang penting aku harubiru
mendengar alunan melodi merdu suaramu
masih kusimpan suaramu
dalam detak jantungku kini ia bersemayam
masihkah kau simpan suaraku
dalam sebuah anyaman
yang dahulu sempat kau sulam?
KAMU
Kutulis sebuah puisi berjudul jemari
agar aku bisa memegang dan biarkan aku meremasmu, hingga tolong ingatkan aku untuk mengecup jemarimu sambil mata mengatup penuh haru
Kutulis puisi berjudul pipi
agar aku bisa menggunakan punggung jemari untuk mengelusmu, menggunakan jari-jari tangan menyentuh mengikuti alur lekukmu, sembari mengecup lembut pipimu penuh khusyuk
Kutulis puisi berjudul suara
agar aku bisa terus mengingatmu dalam merdu, mendetakkan jantungku lebih cepat, menenangkanku dengan lembut dalam tiap amarahku
Kutulis puisi berjudul wajah
agar aku mudah berimajinasi tiap sepisepi menggelayuti, malammalam menghinggapi, harihari siang, sore, malam, bersama imaji wajahmu yang semoga menjelma menjadi bayanganku
Kutulis puisi berjudul bibir
karena sungguh tak kuasa aku memandang lembut bibirmu, hingga membuncah rasa cinta dalam dada, untuk menciummu sebatas yang aku sanggup
Kutulis puisi berjudul kamu
Karena sebatas kamu dalam puisiku
AKU MASIH ADA MASIH ABADI
baru kutulis 3 bait sajak tentangmu,
dari ratusan bait yang kau minta
di selasela keluhku
tersesat dalam serak dedaunan mengering yang terhempas, tiada…
selesai kuimla 2 lembar sajak tentangmu,
dari rencana ratusan lembar yang kukira
hanya tiga tercipta
katakata berbingkai emas limbur dalam tiap lirik
semoga kau puas meski bertepas
ini sajak kesekian yang kucipta buatmu,
tidak berjumlah ratusan seperti yang kauminta memang
tidak istimewa, seperti biasa kau bilang
hanya saja kali ini kusimpan detak jantungku di dalamnya
pun sesungging senyuman dengan darah menetes di sela taring
agar kau tahu aku masih ada
masih abadi
ENGKAU HILANG
Menghirup dalamdalam
Memeluk eraterat
Menangis isakisak
Mendengar lamatlamat
Bertasbih bisikbisik
Menyeka lukaluka
Menutup rapatrapat
Engkau Hilang
Penulis
Reka Yuda Mahardika dosen IKIP Siliwangi ahli linguistik dan ilmu pendidikan.
Tinggalkan Balasan