
[Sumber gambar: AI]
Penulis: Hegar Krisna Cambara
cemburu pohon
aku bicara dengan pohon yang iri pada tiangtiang besi. artifisial, tetapi lebih dimuliakan oleh penduduk kota.
cemburunya pada buah menyala yang menggayut
di dahan besi,
cemburunya pada kilap warna yang selalu berganti. cemburunya pada batang yang tak dilukai,
bersih dari pakupaku dan papan iklan sedot tinja.
akar kami tak lagi bebas menjalar karena kokohnya
beton dan lapisan aspal.
dahan kami tak lagi bebas bercabang.
jejak ranggas dedaun kami hanya usia sepagi.
menjelang siang, tak nampak lagi jejak intim
dedaun dengan tanah tempat kami tumbuh.
kami tak bisa memilih tempat untuk tumbuh,
seperti juga kalian yang tak pernah bisa memilih rahim di ibu
yang mana kalian akan terlahir.
pohon yang kuajak bicara tadi bercita ingin tumbuh menjulang
ke angkasa hingga dahannya mampu meretakan langit.
sayang, usianya tak sampai melebihi tinggi jembatan layang. siang tadi ditebang. tumbang.
dirayakan musim hujan dan khawatir kota dalam
jelita yang jelata.
2015
Penulis
Hegar Krisna Cambara
Tinggalkan Balasan