Literatura Nusantara

Membumikan Sastra Melangitkan Kata

[Sumber gambar: Ai]

Penulis: Giast Ilyasa

Pada suatu pagi disudut kota yang riuh dengan padatnya penduduk entah apa yang sedang aku pikirkan, pekerjaan tidak ada penghasilan tidak ada aku hanya terbiasa menghayal, aku hanya seorang pengangguran diam di bawah jembatan tol, hidupku seperti ini aku terbiasa hidup untuk menahan lapar, aku sulit untuk bergerak karena bagiku dunia itu terlalu kejam bagi orang pemalas sepertiku.

Aku diam aku menatap ke sudut kota entah apa yang terjadi dipikiraku tiba-tiba mataku buyar entah apa yang terjadi aku meng”khayal” “selamat pagi dunia” ucapku pada diriku sendiri, aku terbangun dari kasur kamarku yang sangat empuk, aku berjalan pergi keluar kamar aku turun perlahan melewati tangga rumah, aku berjalan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan mandi, setelah itu aku berjalan menuju meja makan karena sudah disediakan oleh pembantu rumah tangga, ya karena rumahku besar dan aku sangat kaya aku mempekerjakan art, ya setelah sarapan aku berangkat ke kantor menggunakan mobil civic turbo karena aku seorang pengusaha muda.

Selama perjalanan dari rumahku menuju kantor bisa ditempuh dengan mobil 30 menit, diperjalanan aku menggunakan jalur busway kenapa menggunkan jalur busway karena aku tidak mau terjebak oleh kemacetan. Di jalan ada mobil sampah menghalangi ku, aku lalu menekan klakson mobilku dan membuka kaca jendela mobil lalu aku berkata “woyy minggir lu miskin menganggu saja” ucapku dengan nada kasar dan keras, “menganggu saja” ucapku lalu aku pergi dan sampai di kantor ku didaerah kemang nama kantor ku yaitu ILS dimana aku mendirikan sebuah kantor perusahaan berbasis jual beli.

“pagi boss” ucap ines sekretaris kantorku dia cantik ramah dan mempesona aku juga suka kepadanya, “pagi juga cantik” jawabku aku adalah bos yang aga genit dan suka wanita tentunya, aku berbincang-bincang dengan ines, “gimana ada email yang masuk dari perusahaan lain?” tanyaku padanya “eummm sepertinya belom ada bos, lalu bagaimana?” jawab ines “ya sudahlah mau bagaimana lagi” jawabku seorang bos lalu aku sambil berjalan pergi menuju ruanganku sesampai aku di ruangan yang dingin oleh AC aku lalu duduk dan membuka laptopku,aku lalu mengerjakan sebagaian urusan yang harus aku kerjakan, lalu aku berdiri dari kursiku dan berjalan menuju sudut jendela aku menatap kebawah banyak lalu lalang kendaraan motor maupun mobil lalu aku melihat diujung halte busway aku melihat ada seorang ayah dan anak kecil sedang menunggu busway, “anak dan ayah itu terlihat bahagia penuh tawa” ucapku dalam hati sambil melihat sekeliling betapa sibuknya orang-orang.

“tuk,tuk,tuk,tuk” suara pintu ruanganku berbunyi “yaa siapa masukkk” ucapku, lalu masuklah sahabatku dia adalah hamzah “ada apa bro tumben main ke kantor ku” ucapku padanya sembari menjabat tanganya “biasa cuman main saja” jawabnya sambil duduk di sofa dekat meja ku, kamipun berdua mengobrol kesana kemari tanpa tujuan, karena dia teman masa kecilku, kita berdua tumbuh dewasa bersama. “kau kian sukses saja bung” ujarnya sembari tertawa “ya mau gimana lagi jalan hidupku sudah seperti ini” ujarku sambil menaikan dagu aku sedikit kamipun berbincang cukup lama tidak terasa satu jam pun berlalu.

“tidak terasa sudah satu jam saja” ucap dia sambil berdiri dan mengulurkan tangan “iya eh lu mau kemana?” jawabku sambil menjabat tangannya “biasa mau lanjut lagi,eh aku boleh pinjam uang tidak? Hehehehehe” ujar dia sambari tertawa “eleuhhh maneh kesini tuh mo pinjem uang” “mau pinjam berapa maneh?” ujarku “biasa 10 m aja” jawabnya “hah cuman 10 m kecil amat nih aku tambahin jadi 12 m bonus 2 m karena aku kaya” jawabku sambil memberikan koper berisi uang “wihh mantap makasih teman” ujarnya sambil menerima koper yang berisi uang 12 m, lalu temaku hamzah pergi meninggalkan ruanganku “hah dia datang cuman mau pinjam uang saja” “untung uangku unlimitide gaakan abis-abis hahahhaa” ucapku sambil mendumel kepada diriku sendiri.

 Jam pun menunjukan jam istirahat makan siang, aku pergi menuju tempat makan yang berada di bawah, ketika aku jalan ada ines menyapaku “pa bos nanti di jam satu siang ada meeting dengan perusahan lain” ucapnya “okeh siang apakah semuanya sudah siap?” tanyaku padanya “sudah boss aman terkendali” jawabnya sembari tersenyum akupun pergi kebawah dan sampailah aku ke kantin tempat makan, aku lalu memesan sebuah makan korean “bu pesan makanan korean satu” ucapku pada ibu kantin “baik bos siap” jawabnya sambil menydiakan makanan “ini bos sudah jadi”ujarnya sambil memberikan makanan, aku sambil membawa makanan menuju tempat yang telah disediakan aku lalu makan dan menghabiskannya, sebelum aku pergi ke ruang rapat aku sempatkan terlebih dahulu untuk mengobrol dengan rekan kerjaku namanya bimo “bim gimana pekerjaanmu? Apakah ada kendala?” tanyaku pada bimo yang sedang bengong “eh bos aman ko bos beres terkendali kan bimo karyawan teladan” ujar bimo sambil tertawa “yaelah elu bisa aja kocak” jawabku sambil tertawa “serius bos kan aku rajin bimo gitu lohhh” ucap bimo sambil membereskan tempat makan, “yasudah aku pergi dulu mau ada meeting” jawabku sambil pergi meninggalkan bimo. Akupun pergi ke ruangan rapat disana sudah ada beberapa orang dari perusahaanku dan perusahaan orang lain rapatpun dimulai.

Aku mendegar teriakan dari seseorang “oi oi oi bego oi oi tolol” akupun menoleh ke bawah “oi goblok lagi ngapain diatas jembatan turun bego” ujar temanku dino yang sedang memperhatikan ku “yehh elu ganggu aja gua lagi nge”khayal” jawabku padanya sambil mengerutkan alis “eh elu udah miskin malah nga”khayal” terus nga”khayal” apaan sih?” tanya dino sambil naik keatas jalan tol “gua lagi nge”khayal jadi bos besar di sebuah perusahaan lu ganggu aja begooo, gua tadi lagi mau ada rapat tolol” ujarku sambil menoyor kepala dino “aduh sakit bego” jawab dino sambil mengelus kepalanya sendiri, “hah kita mau sampe kapan hidup seperti ini?” tanya dino kepadaku “entahlah” jawabku sambil terdiam, kesunyianpun datang hawa hening menyertai kita berdua entah apa yang harus aku lakukan aku hanyalah seorang gelandangan yang tidur di bawah kolong jembatan tol harus menghidupkan nasib di ibu kota yang penuh dengan cobaan aku terlalu takut untuk bergerak, kalaupun berani aku tidak tau mau mulai darimana, entah aku harus bagaimana.

“ayo turunn” ucap dino sambil menarik tanganku “iya-iya ayo kita turun” ujarku sambil turun akupun dan dino turun dari jembatan akupun melangkah terus melangkah untuk mengumpulkan sebuah rongsongkan sampah untuk di kumpulkan dan di jual “mau mulung lagi ga?” ujarku pada dino “ayo gass biar kita bisa makan” ujarnya sambil tersenyum aku melangkah dengan dino ke sudut-sudut kota untuk mencari rongsokan bekas untuk di kumpulkan dan di jual agar kita berdua bisa makan. Aku melangkah ke sudut kota diiringi dengan panas kota jakarta.

Di sepanjang jalan aku tersenyum karena masih mengingat “khayalan” ku tadi tentang rumah mewah, mobil mewah, perusahaan, sekretaris cantik, aku tertawa karena “khayalan” ku terlalu jauh. Hah semua itu hanyalah “khayalan”.  Aku pun terlus berjalan sambil tertawa.

Penulis:

Giast Ilyasa adalah seorang mahasiswa tingkat akhir disalah satu perguruan tinggi yang ada di bandung, yang tepatnya dia berkuliah di IKIP Siliwangi mengambil jurusan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Eksplorasi konten lain dari Literatura Nusantara

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Categories:

3 tanggapan untuk “Khayalan”

  1. Avatar Dian Nurcahyani
    Dian Nurcahyani

    Suatu saat nanti khayalan itu bisa jadi kenyataan asal kita berdo’a dan berusaha(:

  2. Avatar Dian Nurcahyani
    Dian Nurcahyani

    Suatu saat nanti khayalan itu bisa jadi kenyataan asal kita berdo’a dan berusaha betulkannnn

  3. Avatar Fitria dwi w
    Fitria dwi w

    Khayalan merupakan sebuah mimpi yang di karang dalam imajinasi seseorang. Jika mimpi yang di ikhtiarkan akan menjadi kenyataan. Semangat pejuang mimpi 😊

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *