
[Sumber gambar: liputan6.com]
Penulis: Adi Muhamad Fadilah
H. Dedi Mulyadi, S.H., lahir pada 11 April 1971 di Sukasari, Subang, Jawa Barat, sebagai anak bungsu dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana, adalah anggota TNI, sementara ibunya, Kasiti, aktif di Palang Merah Indonesia. Masa kecil Dedi diwarnai oleh kehidupan sederhana dan perjuangan ekonomi yang keras.
Sejak muda, Dedi menunjukkan semangat juang yang tinggi. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Subang, kemudian melanjutkan studi hukum di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman, Purwakarta, dan lulus pada 1999.
Karier politik Dedi dimulai pada 1999 sebagai anggota DPRD Purwakarta dari Partai Golkar. Ia kemudian menjabat sebagai Wakil Bupati Purwakarta (2003–2008) dan Bupati Purwakarta selama dua periode (2008–2018). Dalam kepemimpinannya, Dedi dikenal karena upayanya melestarikan budaya Sunda melalui pembangunan taman-taman tematik dan penggunaan salam “Sampurasun” dalam acara resmi.
Pada 2019, Dedi terpilih sebagai anggota DPR RI mewakili Jawa Barat VII. Ia juga menjadi Ketua DPD Golkar Jawa Barat (2016–2020) sebelum bergabung dengan Partai Gerindra pada 2023.
Dalam Pilkada 2024, Dedi mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Barat bersama Erwan Setiawan dan memenangkan 62% suara, mengalahkan pesaingnya di semua 27 kabupaten/kota. Ia resmi dilantik pada 20 Februari 2025.
Sebagai gubernur, Dedi menerapkan kebijakan disiplin, termasuk menonaktifkan kepala sekolah yang melanggar instruksi gubernur dan mengirim siswa yang bermasalah ke barak militer untuk pembinaan karakter. Kebijakan ini menuai pro dan kontra, namun Dedi menegaskan bahwa tujuannya adalah membentuk generasi muda yang tangguh dan berkarakter.
Dedi juga dikenal sebagai penerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan pada 2021 atas kontribusinya dalam pelestarian budaya nasional. Dalam kehidupan pribadi, Dedi menikah dengan Anne Ratna Mustika dan memiliki tiga anak. Namun, pernikahan mereka berakhir pada 2023.
Kisah hidup Dedi Mulyadi adalah contoh nyata bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan cinta terhadap budaya, seseorang dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan dan tetap dekat dengan rakyat. Ia adalah teladan bagi generasi muda yang ingin berkontribusi nyata bagi bangsa dan budaya Indonesia.
Penulis
Adi Muhamad Fadilah, pria kelahiran Bandung, 26 Juli 2004. Ketertarikannya pada dunia tulisan tumbuh dari keinginannya untuk mewakili banyak perasaan orang-orang melalui kata-kata. Mulai aktif menulis sejak awal tahun 2025, Adi kini rutin membagikan karya-karyanya melalui media sosial, khususnya Instagram dengan akun isiihatimu_, yang menjadi ruang ekspresi dan refleksi dari berbagai rasa dan pengalaman.
Tinggalkan Balasan