
[Gambar: AI]
Penulis: Dian Nurcahyani
Banyak hal yang saya rasakan jatuh, bangun, senang, sedih, kecewa, bahagia dan lain sebagainya. Namun di balik itu semua banyak juga pelajaran-pelajaran yang saya dapat. Dari jatuh saya belajar dan mengerti tidak selamanya saya terjatuh, dibalik bangun dari jatuhnya pun saya belajar dan mengerti bahwa tidak selamanya saya bangun dan bangkit, dibalik kesenangan saya tidak selamanya saya senang, dibalik sedih tidak selamanya saya bersedih, begitu juga di balik rasa kecewa tidak selamanya saya merasa kecewa. Semua itu akan terjadi pada setiap orang untuk membentuk diri kita supaya menjadi lebih kuat dan menjadi lebih siap untuk menerima semuanya, lebih tepatnya belajar untuk selalu bersyukur akan segala hal.
Semuanya bisa terjadi begitu saja dan kapan saja. Tetapi, ketika kita jalani, nikmati, syukuri, hal-hal yang telah terjadi mungkin semuanya akan terasa ringan walalupun hanya diri kita sendirlah yang mengerti diri sendiri. Mungkin oranglain bisa mengerti dan bisa merasakan tetapi orang lain, belum tentu bisa sekuat dan sehebat diri kita sendiri, maka dari itu belajarlah untuk selalu ikhlas akan segala hal dan belajarlah untuk selalu mensyukuri semua hal yang telah dirikita lewati maupun yang akan diri kita lewati.
Selalu berkata tidak apa-apa ketika merasakan apa yang kita rasakan, yang kita lewati sendiri, bahkan memendam semuanya sendirian. Tetapi ketika diri kita melawati semuanya sendirian, terkadang kita sebagai manusia sering kali merasakan lelah akan semua hal, lelah ketika hal apapun yang kita lakukan sendirian, jalani sendirian, dan lainnya secara sendiri. Tetapi sering sekali merasakan rasa sendiri yang begitu sepi, sunyi, dan lainnya. Meskipun di tengah keramaian sekalipun rasa sendiri itu sering sekali muncul, entah mengapa rasa sendiri itu sering sekali muncul, itu pun tidak tahu, tidak mengerti, rasa sendiri itu yang begitu sepi, sunyi, tak ada gairah, tak ada semangat. Ya, itu terjadi pada saya sendiri, entah mengapa rasa sendiri itu sering sekali muncul pada saya,saya pun tidak tahu.
Di balik itu semua pasti semua orang memiliki sebuah harapan-harapan yang ingin digapai, begitupun saya sendiri. Yang memiliki banyak harapan saya yang selalu menginginkan harapan-harapan baik itu tercapai, saya yang selalu menginginkan harapan itu terjadi dan kenyataan. Namun, di balik semua harapan-harapan itu tidak terjadi begitu saja dengan cepat dan terjadi tanpa adanya sebuah masalah dan lika-liku perjalanannya.
Terkadang apa yang kita harapkan dan yang kita inginkan itu butuh sebuah proses, dan proses setiap orang agar sampai tujuan itu berbeda-beda cara dan berbeda proses nya. Tetapi meskipun apa yang saya harapkan dan saya inginkan tidak sesuai dengan kenyataannya tidak apa-apa dari situ saya bisa belajar bahwa berharap pada sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik. Sewajarnya saja, sebisanya saja, dan teruslah berusaha sampai titik akhir yang kita harapkan dan inginkan itu terjadi dan terwujud. Saya selalu berharap ingin hidup layaknya seperti matahari, meskipun senidri matahari selalu menyinari semua orang.
Dulu disaat berproses saya selalu di barengi oleh seseorang yang sangat amatlah baik pada saya, yang selalu ada, selalu memberikan suport system terbaik, mendengarkan keluh kesah saya, selalu ada disaat saya sedang berada di poisisi terpuruk dan lain-lain. Ia yang selalu menggenggam tangan saya, yang selalu memberikan yang terbaik bagi saya, suport system terbaik bagi saya, kini saya tak bisa merasakan hal seperti itu kembali, bahkan untuk mengulang hal yang telah terjadi seperti itu tidak akan pernah ter ulang dan terjadi lagi. Ya, orang itu adalah kaka saya sendiri yang kini telah tiada.
Genggaman tangan seorang kaka kepada adiknya sudah tidak saya rasakan kembali, hangatnya kasih sayang dari seorang kaka yang selalu ada untuk adiknya sudah tidak saya rasakan lagi dan tak bsa sya ulang kembali. Gengaman tangan yang saling bahu membahu sudah tidak saya rasakan lagi karna waktu telah memanggilmu pulang terlebih dulu. Saya selalu percaya ketika ia sering berkata “percayaalah aku akan selalu ada di sampingmu” tetapi kini saya bersama ia tidak hidup di dunia yang sama, mungkin saya masih selalu hidup berdampingan dengannya tetapi berbeda alam. Kata “hingga kau menutup mata dan terbangun lagi” itu tidaklah terjadi, namun yang terjadi ialah hingga kau menutup mata dan tidak akan pernah terbangun lagi. Sangat kehilangan? Ya, saya sangatlah merasakan kehilangan yang teramat dalam ketka orang yang saya sayangi dan orang yang benar-benar dekat dengan saya kini telah tiada, ingin ku selalu mengulang itu semua kembali dan terkadang saya meninginginkan hal itu terjadi kembali, tetapi taakan pernah bisa.
Kehilangan, mengedar kata kehilangan tentunya setiap orang pernah merasakan kehilangan. Entah itu kehilangan orang terdekat, bahkan orang tersayang sekalipun. Ya, itu pun yang saya rasakan ketika kehilangan orang yang terdekat dan orang yang sangat berarti bagi saya, seperti yang telah saya katakan sebelumnya orang yanag paling saya sayangi, orang yang selalu ada di saat saya senang, sedih, bahagia, bahkan kecewa sekalipun. kini kata “selalu ada” berubah menjadi kata “tidak selalu ada” bahkan tidak ada, dan bahkan ketika ia telah tiada saya sering sekali merasakan sepi, sendiri, sunyi, dan hal itu sering sekali terjadi dan datang begitu saja. Namun kini, rasa kehilangan itu telah membuat saya sadar, mengapa membuat saya sadar? Karena jika di pikirkan kembali tidak baik pula berlarut-larut dalam kesedihan yang begitu mendalam dikarenakan itu semua bisa menghambat pemikiran kita.
Rindu, rindu ini terasa sangat indah ketika mengingatkan saya pada seseorang dengan banyaknya kenangan-kenangan manis bersamanya, merindukan canda tawanya, cerewetnya, perhatian-perhatian kecilnya, galaknya, dan lain-lain. Ternyata benar rindu yang paling berat dan paling menyakitkan ialah merindukan orang yang telah tiada. Mengapa begitu? Ya, karna jika kita merindukan seseorang yang masih ada kita masih bisa melihat orang tersebut, masih bisa bertemu dengan orang tersebut, jika jauh pun kita masih bisa menyusul orang tersebut. akan tetapi, jika kita merindukan seseorang yang telah tiada sangatlah berat dan menyakitkan, karena jika kita merindukan seseorang yang telah tiada hanyalah kekesalan dan kesedihan yang kita dapat.
Sedih ketika kita ingin bertemu taakan pernah bisa bertemu kembali, kesal karna jika kita merindukan orang yang telah tiada kita tidak berbuat apa-apa melainkan hanya berdo’a lah yang bisa kita lakukan, bahkan kita hanya bisa melihat nisannya saja bukan orang nya. Terkadang saya masih belum bisa meng ikhlaskan bahwa saya sudah ditinggalkan oleh orang yang paling dekat dengan saya, saya masih selalu egois menginginkan ia untuk kembali, masih selalu ingin bertemu denganya, di temani olehnya, diperhatikan olehnya, tapi itu semua memang tidak bisa terjadi dan ter ulang kembali. Tetapi seiring berjalannya waktu saya mencoba belajar menerima dan meng ihlaskan semua yang telah terjadi, dan belajar menerima dan meng ikhlaskan semua hal yang akan terjadi nantinya.
Tinggalkan Balasan