Literatura Nusantara

Membumikan Sastra Melangitkan Kata

Bahasa Gaul TikTok: Simbol Kekinian atau Krisis Bahasa?

[Sumber gambar: www.glutera.com]

Penulis: Rosa Amelia Sundari

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam bidang komunikasi menjadikan bahasa yang digunakan oleh masyarakat atau generasi muda ikut berkembang baik bahasa lisan maupun tulisan. Dunia internet dan teknologi banyak membawa perubahan besar. Terutama dalam bidang komunikasi adalah munculnya variasi bahasa yang dikenal sebagai bahasa gaul. Kebiasaan penggunaan bahasa gaul dapat menyebabkan kesulitan menggunakan bahasa Indonesia yang tepat dalam acara formal. Namun, di media sosial seperti Facebook, X, Instagram, TikTok, dan lainnya, bahasa gaul semakin dominan dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Aplikasi TikTok, misalnya telah menjadi media sosial yang populer di dunia, terutama di kalangan muda. TikTok merupakan salah satu platform yang sangat populer, yang digemari generasi muda, sebagai tempat berbagi hiburan lewat video, live streaming yang digunakan sebagai interaksi langsung dengan penonton bisa menerima gift dari penonton yang dapat ditukar menjadi uang, sebagai interaksi sosial seperti like, komen, dan berbagi video, lalu adanya trend an challenge, edukasi dan informasi yang cepat, monetisasi, promosi produk/jasa, termasuk penggunaan bahasa gaul kekinian yang banyak digunakan oleh generasi muda.

Bahasa gaul di TikTok bersifat dinamis dan terus berkembang. Menurut  (Mulyana 2008) dalam (Gusnayetti, 2021) bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu. Istilahnya seperti gaskeun, skuy, OTW, healing, dan masih banyak lagi. Ini dapat menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari pengguna TikTok. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: apakah bahasa gaul TikTok merupakan simbol kekinian yang mencerminkan kreativitas, atau justru menandakan krisis dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar?

Penggunaan bahasa gaul di TikTok dapat dilihat sebagai bentuk kreativitas dan indentitas suatu kelompok. Menurut (Nadhiro et al., 2023) TikTok adalah sebuah platform online yang memungkinkan para pengguna membuat, melakukan siaran langsung, dan menonton video singkat.  Winarno (2018) dalam (Putri et al., 2021)  menyatakan  bahwa  media  sosial Tiktok telah  diunduh  lebih dari  100  juta  pengguna  di Google  Play. Berdasarkan data Kementrian  Pariwisata  dan Ekonomi Kreatif mencatat terdapat sebanyak 30-70 juta pengguna Tiktok yang terdapat di Indonesia.

Dari banyaknya media sosial yang ada, media sosial Tiktok dipilih sebagai objek penelitian ini karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan media sosial lainnya. Generasi muda terutama kalangan Gen Z kini menguasai dunia digital terutama TikTok mereka dengan mudah menciptakan, memodifikasi dan menyebarkan istilah baru sebagai personal branding, slogan, sekedar seru-seruan agar lebih terlihat keren, bahasa gaul ini juga menjadikan seseorang lebih mudah bergaul atau akrab dengan orang lain di media sosial.  

Menurut (Nurhasanah, 2014) bahasa gaul adalah gaya bahasa yang merupakan perkembangan atau modifikasi dari berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia sehingga bahasa gaul tidak memiliki sebuah struktur gaya bahasa yang pasti. Bahasa gaul di TikTok banyak digunakan lewat interaksinya di komen, konten video, dan live streaming. Menurut penelitian (Situmorang et al., 2024), berbagai macam bahasa gaul ditemukan dalam komentar TikTok, seperti singkatan, akronim, kata serapan, bahasa daerah, bahasa asing, plesetan dari bahasa Indonesia itu sendiri.

  1. Singkatan “OOTD”

Artinya outfit of the day yaitu menampilkan pakaian yang di kenakan hari ini

2. Akronim “Mager”

yaitu males gerak di mana keadaan ketika seseorang terlalu malas untuk melakukan sesuatu, pada kata

3. Serapan “Receh”

Arti yang aslinya adalah uang logam kecil, kini memiliki arti lelucon sederhana yang lucu,

4. Bahasa Daerah “Gaskeun”

asalnya dari bahasa sunda yang berarti ayo jalankan atau lakukan sekarang juga.

5. Bahasa Asing “Healing”

arti dari bahasa Inggris artinya penyembuhan sedangkan di TikTok liburan atau mencari ketenangan.

6. Plesetan contoh katanya “salfok” atau salah fokus biasanya untuk mengomentari hal kecil yang tidak penting.

Dan adapun bahasa gaul lainnya seperti kata besti, pargoy, YTTA, anjir, fuck kata gue teh, insecure, gais, epribadeh, omaygat, fens, sabi, kuy, ngakak, gacor, anjay, slebew, meledak, circle dan masih banyak lagi. Contoh di atas merupakan salah satu bahasa gaul anak TikTok yang sering ditemukan lewat komentar atau konten video merupakan contoh dari banyaknya bahasa yang gaul lainnya. Penggunaan istilah-istilah gaul tersebut mencerminkan bahwa bahasa terus berkembang dan adaptif terhadap konteks sosial dan budaya. Yang bisa dipengaruhi oleh budaya Barat, pop Korea, drama Korea, dan tentunya pasti pengaruh tekonologi digital.

Meskipun bahasa gaul sebagai simbol kekinian bahkan menjadi kreativitas generasi muda namun, penggunaan bahasa gaul secara berlebihan dapat menimbulkan krisis terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang semakin tergerus. Menurut (Fadilla et al., 2023) penggunaan bahasa gaul paling banyak digunakan dengan teman di kampus/sekolah 82% dan teman diluar kampus/sekolah 86%. Sementara penggunaan bahasa Indonesia bersama keluarga hanya 8%. Temuan tersebut menunjukan bahwa penggunaan bahasa gaul lebih sering digunakan dalam situasi informal dan interaksi sosial terutama di TikTok.

Bahasa gaul dapat mengikis bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika terus menerus digunakan secara berlebihan dan dalam jangka panjang dapat merusak kualitas bahasa Indonesia itu sendiri. Yang merupakan bahasa resmi bangsa Indonesia. Tidak bisa dibohongi para generasi muda memang tidak bisa lepas dari penggunaan bahasa gaul ini. Contohnya dapat dilihat dari tulisan yang di ketik oleh anak generasi muda terutama Gen Z di media sosial yang sering terlihat yang selalu membanjiri kolom komentar TikTok dalam penggunaan bahasa gaul, serta tayangan film dari luar seperti drama korea dan dari negara lainnya turut mempengaruhi perkembangan bahasa pada masyarakat Indonesia. Dalam kondisi saat ini bahasa Indonesia semakin krisis perlu adanya sosialiasi atau pembinaan sejak dini kepada generasi muda agar lebih peduli, cinta terhadap bahasa Indonesia.

Untuk mentindaklanjuti fenomena ini diperlukan solusi dengan pendekatan yang lebih baik lagi. Penggunaan bahasa gaul dapat diterima dalam konteks informal dan sebagai bentuk ekspresi diri, namun, harus dibatasi dalam konteks formal atau akademik ditakutkannya menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepas. Pendidikan Bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu ditekankan,

terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Selain itu, media sosial seperti TikTok dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi untuk memperkenalkan dan mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah kebahasaan, media sosial juga bisa menjadi wadah literasi digital, serta tak lupa dari pengawasan dan penguatan dari orang tua atas batasan dalam menggunakan media sosial.

Jadi bahasa gaul TikTok adalah simbol kekinian yang menunjukan dinamika bahasa dalam era digital. Yang menjadi alat ekspresi sekaligus jembatan sosial antar pengguna media sosial. Namun perlu diingat, jika digunakan tanpa control atau berlebihan tanpa adanya batas dan pemahaman, penggunaan bahasa gaul bisa menjadi ancaman bagi kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Solusinya bukan untuk melarang, tapi dengan membimbing dengan memberikan edukasi bagaimana bahasa gaul digunakan sesuai dengan konteksnya dan tidak keluar dari ranahnya. Dengan literasi bahasa yang kuat, kita bisa tetap gaul tanpa harus kehilangan jati diri bahasa kita sendiri yaitu Bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Saya sebagai penulis, memandang fenomena bahasa gaul di TikTok sebagai dua sisi diibaratkan sebagai mata uang. Di satu sisi, bahasa gaul merupakan wujud kreativitas dan kebabasan berekspresi generasi muda. Yang akan menjadi indentitas sosial, pemersatu komunitas dgital, sekaligus menunjukan bahwa bahasa adalah seperti makhluk hidup yang berkembang. Bahasa gaul mampu menjembatani komunikasi yang santai, cepat, dan menarik di dunia yang serba cepat.

Namun di sisi lain, saya juga khawatir karena adanya tanda tanda krisis bahasa. Ketika bahasa gaul digunakan tanpa memahami konteks, apalagi sampai dibawa ke ranah formal seperti pendidikan, maka hal itu bisa menjadi penghalang komunikasi efektif. Lebih dari itu, bisa mengikis penghargaan terhadap bahsa Indonesia sebagai bahasa resmi.

Bahasa tidak harus kaku, tapi juga tidak boleh kehilangan akarnya. Maka kuncinya adalah literasi bahasa, kemampuan untuk menggunakan bahasa secara tepat sesuai tempat dan tujuan. Bahasa gaul ini seharunya sebagai alat ekspresi, bukan menggantikan seluruh struktur bahasa yang telah dibangun secara ilmiah dan historis yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.


Eksplorasi konten lain dari Literatura Nusantara

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Categories:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *