
[Sumber gambar: www.kumparan.com]
Penulis: Syifa Halimatussadiyah
Perkembangan teknologi digital telah membawa tranformasi besar dalam cara manusia berkomunikasi. Media sosial atau sosial media adalah platform digital yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dan membagikan konten berupa tulisan, foto, video. Platform ini menjadi sarana aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan modern. Menurut Setiadi (Purwa, 2022) menyatakan bahwa media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktifitas maupun kolaborasi. Dalam hal ini media sosial adalah media yang dipergunakan secara online untuk beraktifitas maupun berkolaborasi. Dengan kata lain, media sosial menjadi ruang partisipatif yang mendorong munculnya identitas digital dalam kehidupan sehari-hari
Salah satu media sosial yang sangat digemari generasi Z saat ini adalah Tiktok. Platform ini menjadi ruang terbuka bagi para penggunanya untuk menciptakan tren, termasuk dalam hal penggunaan bahasa gaul. Bahasa gaul yang muncul dan berkembang di Tiktok mencerminkan bagaimana generasi Z membentuk serta menunjukkan identitas sosial mereka dalam interaksi digital. Tidak hanya digunakan sebagai ekspresi kekinian, bahasa gaul di Tiktok juga berperan dalam memperkuat rasa kebersamaan, membedakan antar kelompok sosial, serta menegaskan eksistensi generasi Z dalam ruang digital yang sangat cepat berubah. Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa bukanlan elemen yang kaku, tetapi sesuatu yang senantiasa berubah dan dipengaruhi oleh keadaan sosial serta media yang digunakan.
Penggunaan bahasa gaul di Tiktok berkembang sangat cepat tidak bisa dipisahkan dari sifat generasi Z yang biasanya ekspresif, terbuka, dan mudah beradaptasi dengan perubahan zaman. Menurut Mulyana (Islamiyah, 2018) bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu. Selain pendapat tersebut, menurut Sarwono (Islamiyah, 2018) mengatakan bahwa bahasa gaul adalah bahasa khas remaja kata-katanya diubah-ubah sedemikian rupa, sehingga hanya bisa dimengerti di antara mereka, bisa dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh media massa, padahal istilah-istilah itu berkembang, berubah dan bertambah hampir setiap hari.
Menurut Aji (Harbono, 2018) Tiktok merupakan sebuah aplikasi yang dapat memberikan efek spesialis yang unik dan menarik yang bisa digunakan oleh para pengguna aplikasi ini dengan mudah untuk membuat video pendek yang keren dan dapat menarik perhatian banyak orang yang melihatnya. Menurut Winarno (Djunaidi, 2022) menyatakan bahwa media sosial Tiktok telah diunduh lebih dari 100 juta pengguna. Berdasarkan data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat terdapat sebanyak 30-70 juta pengguna Tiktok yang terdapat di Indonesia. Tiktok bukan hanya media untuk hiburan, tetapi juga platform sosial di mana generasi muda mengembangkan cara berkomunikasi, mendapatkan kata-kata baru, dan membangun tanda identitas yang unik.
Menurut Yustisia (Yustanto, 2023) menyatakan generasi Z sering dianggap sebagai generasi internet, artinya orang-orang yang termasuk dalam generasi tersebut dianggap mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu menggunakan ponsel. Hal ini memperlihatkan bahwa bahasa gaul menjadi sarana komunikasi dominan di Tiktok, sekaligus penanda identitas kelompok. Generasi Z menggunakan bahasa ini tidak hanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka, tetapi sebagai bentuk eskpresi diri yang mencerminkan keunikan identitas personal dan kelompok mereka. Tiktok menyediakan ruang bagi generasi Z untuk menciptakan dan menyebarkan identitas mereka melalui konten yang dikemas dengan bahasa gaul sebagai daya tarik. Bahkan, beberapa istilah seperti “bestie” yang berarti teman dekat, “gaskeun” sebagai ajakan bertindak, “cuan” untuk menyebut keuntungan, “FYP” yang merujuk pada konten popular di Tiktok, hingga “sabi” sebagai versi terbalik dari kata “bisa”, menunjukkan betapa kreatifnya generasi Z dalam memodifikasi bahasa.
Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa gaul di Tiktok tidak muncul dalam suatu kekosongan budaya, melainkan muncul interaksi sosial yang kuat, kebutuhan untuk tampil relevan. dan hasrat untuk menciptakan rasa kebersamaan dalam lingkungan digital. Istilah seperti “healing”, “mager”, “spill”, “slay”, “nolep”, hingga “flexing” digunakan untuk mengekspresikan perasaan, memberikan kritik sosial, hingga menyampaikan humor internal yang hanya dipahami oleh pengguna Tiktok lainnya. Kreativitas ini menggambarkan ciri khas generasi Z yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, ekspresif dalam menyatakan diri, dan terhubung erat dengan budaya digital. Pilihan bahasa mencerminkan identitas sosial karena seseorang cenderung menyesuaikan gaya berbahasanya sesuai dengan kelompok sosial tempat ia berada. Maka dari itu, ketika generasi Z memilih untuk menggunakan bahasa gaul tertentu, mereka sebenarnya sedang menunjukkan keberpihakan identitas kepada kelompok sosial tertentu yang dianggap relevan dengan dirinya.
Generasi Z secara aktif memanfaatkan bahasa gaul dalam narasi video, keterangan (caption), dan komentar. Menciptakan bentuk bahasa baru untuk memperkuat keunikan identitas kelompok mereka. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa telah bertransformasi dari sekedar alat untuk berkomunikasi menjadi sarana untuk mengekspresikan diri. Bahasa bukan hanya berfungsi untuk menyampaikan pesan, tetapi juga membentuk lingkup kelompok sosial, memperkuat rasa solidaritas antar anggota, serta menegaskan keberadaan dan status sosial. Maka, bahasa gaul di Tiktok memiliki dua peran yaitu sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan sebagai tanda keanggotaan sosial. Fenomena ini memperkuat pandangan bahwa generasi Z tidak hanya menerima bahasa, tetapi juga secara aktif menciptakan dan menghasilkan bahasa baru yang sesuai dengan identitas mereka dalam lingkungan digital yang selalu berubah.
Saya melihat bahwapenggunaan bahasa gaul oleh generasi Z di Tiktok bukan hanya sekadar tren kebahasaan sesaat, tetapi juga merupakan cerminan yang nyata dari cara generasi ini membangun dan menampilkan identitas sosial mereka. Keberanian generasi Z dalam memainkan struktur bahasa, menciptakan istilah baru, dan mengadopsi kata-kata dari bahasa lain menunjukkan sifat mereka yang menerima perbedaan, fleksibel dalam interaksi sosial, dan sangat terhubung dengan pengakuan di dunia digital. Di balik kata-kata seperti “bestie”, “spill”, “slay”, atau akronim seperti “OOTD” dan “FYP”, tersimpan makna bahwa generasi ini sangat kreatif dalam berbahasa, terbuka pada pengaruh budaya luar, dan senang berekspresi dengan cara mereka sendiri.
Saya tidak menganggap bahasa gaul ini sebagai sebuah risiko terhadap bahasa Indonesia, meskipun ada yang berpikir demikian dan merasa cemas akan kerusakan struktur bahasa. Sebaliknya, saya percaya ini merupakan tanda bahwa bahasa selalu berubah dan beradaptasi dengan zaman. Bahasa gaul berfungsi sebagai simbol bahwa mereka adalah bagian dari kelompok tertentu, yang saling memahami bahasa atau kode yang sama, dan hal ini menimbulkan rasa kebersamaan. Selain itu, ini juga menunjukkan bahwa generasi muda saat ini memiliki cara tersendiri dalam mengungkapkan pendapat, berinteraksi, dan bahkan memberikan kritik sosial dengan halus.
Namun saya juga mengerti bahwa bahasa sehari-hari ini dapat menyebabkan kesenjangan, khususnya bagi individu yang tidak terbiasa atau tidak mengikuti perkembangan tren di Tiktok. Terkadang, penggunaan bahasa ini membuat orang dari generasi yang berbeda merasa tidak nyambung atau tertinggal. Oleh karena itu, menurut pandangan saya, sangat penting untuk memahami bahasa sehari-hari ini dalam konteksnya digunakan di tempat dan waktu yang sesuai, dan tidak lantas menggantikan bahasa resmi, terutama dalam situasi formal seperti pendidikan atau pekerjaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, saya berpendapat bahwa bahasa gaul bisa berfungsi sebagai penghubung antar generasi. Ini bukan sesuatu yang perlu dihindari, melainkan diakui sebagai elemen dari budaya anak muda saat ini. Kesimpulannya, bahasa gaul yang digunakan di Tiktok merupakan aspek penting dari interaksi sosial generasi Z yang tidak boleh dianggap sepele. Bahasa ini mencerminkan cara mereka berinteraksi, mengekspresikan diri, dan menyusun komunitas. Kita perlu melihatnya sebagai bagian dari kemajuan zaman yang kaya akan makna, bukan sekadar kebiasaan yang berlalu begitu saja. Dengan cara ini, kita dapat lebih memahami dan menghargai perubahan bahasa di era digital sekarang ini.
Tinggalkan Balasan