
[Sumber gambar: Google.com]
Penulis: Fauzi Abdilah
Politik, jika mendengar kata tersebut, muncul beragam arti di setiap orang yang mendengarnya. Politik cukup dekat dengan kehidupan yang kita dijalani, disadari atau tidak, kegiatan yang kita lakukan sehari-hari erat kaitannya dengan politik. Adanya politik, tentunya ada juga tokoh politik atau yang sering disebut dengan politisi/politikus. Menurut KBBI politikus memiliki arti ahli politik, orang yang berkecimpung dalam bidang politik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa politikus merupakan seseorang yang berkegiatan di dalam bidang politik, termasuk mereka yang ada di pemerintahan atau lembaga legislatif.
Di Indonesia banyak politikus dan ada beberapa politikus yang terkenal, seperti Anies Baswedan, Dedi Mulyadi, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, dan masih banyak yang lainnya. Tentunya, setiap politikus memiliki ciri khas tersendiri, ciri khas tersebut berguna untuk membedakannya dengan politikus yang lain. Ciri khas tersebut salah satunya dapat ditemukan di gaya komunikasi. Setiap politikus tentunya mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda, baik itu gaya bahasa atau gaya bicaranya. Komunikasi menjadi bagian yang sangat penting bagi politikus, komunikasi sudah seperti senjata bagi politikus untuk mendekatkan diri dengan masyarakat atau berdialog dengan politikus yang lain.
Berbagai macam gaya bahasa atau gaya bicara dilakukan oleh politikus ketika berkomunikasi, salah duanya yaitu penggunaan campur kode dan alih kode yang digunakan oleh beberapa politikus, misalnya Dedi Mulyadi. Campur kode merupakan penggunaan dua bahasa secara bersamaan dengan cara menyisipkan frasa atau kata salah satu bahasa. Sejalan dengan itu, menurut Chaer dan Agustina (Indrayani, 2023) campur kode merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari satu bahasa dalam satu masyarakat tutur. Sedangkan menurut Suwito & Nababan (Indrayani, 2023) menyatakan bahwa campur kode merupakan pencampuran satu bahasa bahkan lebih ke pokok pembicaraan. Ketika mencampur bahasa lain tidak dipengaruhi oleh situasi lain.
Alih kode merupakan pengalihan satu bahasa ke bahasa lain yang dilakukan dengan adanya tujuan tertentu dan dalam keadaan sepenuhnya sadar. Alih kode merupakan penggunaan bahasa yang lain untuk menyesuaikan dengan situasi atau adanya partisipan lain (Mustikawati, 2016). Penggunaan alih kode dan campur kode umumnya terjadi terhadap seseorang yang menguasai bilingualisme, dalam hal ini politikus yang memiliki bilingualisme dan sering menggunakan alih kode atau campur kode yaitu Dedi Mulyadi. Dedi Mulyadi sekarang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, di beberapa kegiatan Dedi Mulyadi yang kerap disapa KDM sering menggunakan alih kode atau campur kode dalam berdialog. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh, mengenai alih kode dan campur kode menjadi senjata bagi KDM dalam berkomunikasi baik itu dengan masyarakat atau dengan pejabat pemerintahan yang lainnya.
Alih kode dan campur kode digunakan Kang Dedi Mulyadi (KDM) waktu sambutan di acara Musrenbang yang diselenggarakan di Cirebon. Dalam sambutan tersebut, KDM beberapa kali menggunakan alih kode dan campur kode untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan. Berikut bukti alih kode dan campur kode yang disampaikan oleh KDM.
“Naon anu kaalaman jalan hirup praklakonan rahayu panuntun indung ngadekkeun lembur paku” kutipan tersebut bagian dari alih kode dengan menggunakan bahasa sunda, karena setelah itu KDM berbicara dengan bahasa Indonesia. Penggunaan alih kode tersebut mencerminkan KDM, karena KDM identik dengan adat budaya sundanya, sehingga penggunaan bahasa sunda tersebut semakin mengokohkan identitas KDM.
“Kalimatnya apa? Hirup ukur sasampeuran, awak ukur sasampaian, sariring-riring dumadi, sarengkak sapolah sadaya kersaning Gusti.” Kutipan tersebut masih mencerminkan alih kode. Penggunaan alih kode ini juga bertujuan untuk menyampaikan pesan yang tidak tersampaikan dengan baik jika menggunakan bahasa yang lain.
“Teu pernah dikritik aing nu digawe dikritik.” Kutipan tersebut mencerminkan campur kode. KDM mencampurkan penggunaan bahasa sunda dengan bahasa Indonesia dalam menyampaikan pesannya.
Lalu dalam video yang diunggah KDM melalui channel Youtubenya yang berjudul “Bersama Bupati Subang – KDM Bongkar Bangunan Kumuh Sepanjang Jalan Provinsi”, KDM melalukan dialog dengan Bupati Subang, dalam dialog tersebut KDM melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa sunda, yang dibuktikan dengan kutipan berikut, “Diserahkan kepada warga untuk dipetik tehnya… ieu asalna alus ka Ciater teh baheula mah kebon eteh ngemplok hejo, ayenamah meni ramijud, aingah”, penggunaan alih kode tersebut bertujuan supaya obrolan tidak kaku, dan pesan yang ingin disampaikan tersampaikan dengan jelas. Penggunaan alih kode tersebut juga menyesuaikan dengan Bupati Subang yang berdialog dengan KDM menggunakan bahasa sunda, jadi alih kode yang dilakukan KDM untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Lalu, dalam video tersebut juga KDM berdialog dengan masyarakat, dalam dialog tersebut, KDM melakukan campur kode sebagi berikut, “eta mah kan program Bupati Bekasi melakukan pembongkaran bangunan di aliran sungai”, penggunaan campur kode tersebut menyebabkan dialog KDM dengan salah satu warga tersebut menjadi luwes dan tidak kaku.
Lalu, bagaimana campur kode dan alih kode menjadi senjata dalam komunikasi politik? Jika melihat melihat gaya komunikasi KDM, beliau sering menggunakan campur kode dan alih kode dalam kegiatannya, baik acara formal atau informal. Campur kode dan alih kode dapat menjadi senjata dalam komunikasi politik, penggunaan campur kode dan alih kode jika digunakan berdialog dengan masyarakat, dapat membangungan kedekatan antara politikus dengan masyarakat tersebut. Seperti KDM, masyarakat merasa lebih dekat dan luwes ketika mengobrol dengan KDM, salah satu faktornya karena KDM sering menggunakan campur kode dan alih kode ketika berdialog. Selain itu, penggunaan campur kode dan alih kode dapat menunjukkan ikatan emosional dengan masyarakat, hal tersebut terlihat dari beberapa video yang diunggah KDM ke channel Youtubenya.
Penggunaan campur kode dan alih kode dapat menunjukkan identitas budaya politikus atau etnis masyarakat tertentu untuk membangun solidaritas di kelompok masyarakat tertentuk. Hal ini terbukti dari KDM, dengan sering menggunakan campur kode dan alih kode mencerminkan identitas budaya KDM yang berasal dari suku sunda. Penggunaan campur kode dan alih kode juga menunjukkan inklusivitas politikus tersebut, menandakan bahwa politikus tersebut dapat mengobrol dengan beragam kalangan. Dapat disimpulkan, penggunaan campur kode dan alih kode menjadi alat komunikasi yang ampuh untuk membangun hubungan, memengaruhi persepsi, dengan catatan digunakan dalam situasi atau konteks yang tepat.
Tinggalkan Balasan