
Sumber gambar: AI
Penulis: Heri Isnaini
Kehidupan adalah metafora dari perjalanan Sang hidup mulai dari kelahiran, proses kehidupan, kematian, dan pascakematian dalam ajaran mistik Jawa dikenal dengan konsep sangkan paraning dumadi. Proses perjalanan tersebut digambarkan seperti setetes air yang turun ke bumi berkumpul menjadi mata air, mengalir, menjadi sungai, dan seterusnya masuk ke samudera. Perjalanan air ini tidaklah mudah karena harus melalui tahapan-tahapan yang rumit dan berliku.
Dalam kebudayan Jawa, air menjadi bagian yang penting karena berkaitan dengan konsep perjalanan mistik spiritual. Air menjadi metafora dalam penggambaran nilai-nilai kehidupan dan perjalanan kehidupan manusia. Seringkali dikisahkan bahwa untuk menemukan jati diri, manusia harus menemukan hati nuraninya sendiri yang diwujudkan dengan air suci yang disebut tirta suci perwitasari (amerta kamandanu). Perjalanan dan pencarian ini sangat panjang, berbahaya, penuh liku, dan aral serta rintangan sehingga menemukannya adalah sesuatu yang sangat berharga dan penting.
Perjalanan air yang digambarkan sebagai atman ini akan mengakibatkan beberapa sifat air yang mewujud dalam beberapa kategori seperti: air kotor, air bersih, tirta, tirta suci, dan tirta suci perwitasari. Seperti juga perjalanan air itu sendiri maka hal yang harus dicapai oleh manusia adalah air suci (tirta suci perwitasari) bukan sekadar air bersih atau bahkan menjadi air kotor. Dengan demikian, pencarian tirta suci perwitasari adalah pencarian hakiki tentang kesadaran akan kehidupan dan ketuhanan.
Proses perjalanan air ini adalah proses perjalanan manusia dari yang berjiwa kotor menjadi manusia sejati (sarira bathara), seperti ungkapan berikut: hanggayuh jati dhiri riang Guru Satuhu, nayuh tirta wening, cahya sukma terwaca (untuk mencapai jatidiri Sang Guru sejati, usaha supaya diberi alamat tirta suci, cahaya sukma terang yang jelas). Setelah menemukan tirta suci perwitasari, maka jiwa manusia akan seperti samudera, luas dan dalam. Artinya sudah menemukan jati diri dan hadirnya kesadaran akan ilmu-ilmu ketuhanan.
Kisah Dewa Ruci menjadi kisah yang paling banyak dikenal sekaitan dengan konsep pencarian air tirta suci perwitasari. Kisah itu menggambarkan Bima atau Arya Wrekudara yang sedang mencari air suci atas petunjuk gurunya, Resi Drona. Perjalanan yang sangat jauh ditempuh Bima sampai menuju samudera. Di tengah samudera, Bima bertemu dengan Dewa Bajang atau Dewa Ruci yang memiliki tubuh sangat kecil. “Nah, segeralah Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku. Di sinilah jalanmu, telingaku yang kiri”. Arya Wrekudara masuk dengan cepat. Setelah masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan menemukan kesadaran jati diri dan ilmu-ilmu ketuhanan, Bima menjadi “manusia sejati”, menjadi manusia yang merepresentasikan nilai-nilai ketuhanan.
Kisah tersebut mengajarkan tentang pencarian jati diri yang diwujudkan dengan air suci. Dari kisah itu, dapat dibangun konsep tentang air dan perjalanan mistik manusia sangat terkait dengan kesadaran akan ilmu-ilmu ketuhanan yang dimetaforakan dengan perjalanan air. Tujuan dari penggambaran ini adalah membentuk manusia menjadi manusia yang bersifat samudera, luas dan dalam.
Bionarasi penulis
Heri Isnaini lahir di Subang, Jawa Barat, pada tanggal 17 Juni. Heri sangat menyukai puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Kegiatan sehari-hari Heri adalah Dosen Sastra IKIP Siliwangi Kota Cimahi.
Tinggalkan Balasan